Sabtu, 10 Mei 2014

MENCERITAKAN CINTA

Kita sering menyaksikan cerita cinta dari banyak orang dengan berbagai bahasa dari masa ke masa. Tak peduli seperti apa permulaan dan akhirnya, melibatkan siapa dengan siapa, tetaplah semua itu adalah cerita tentang cinta. Jumlahnya bermiliar-miliar, dan akan selalu bertambah setiap harinya selama hati manusia masih bisa mengenali cinta.
Dari sekian banyak cerita-cerita itu, ada cerita yang kita tak suka. Ada pula yang kita sukai—dengan berbagai alasan yang beragam tentunya. Dengan alasan suka maupun tidak suka, terkadang kita masuk terlalu jauh dalam cerita-cerita itu. Sehingga kita mulai membanding-bandingkan apa yang ada pada cerita itu dengan hidup kita sendiri.
Kita ingat kembali saat kisah cinta Fahri dalam film Ayat-Ayat Cinta menjadi sangat booming di kalangan pemuda dan pemudi Indonesia. Betapa banyak lelaki yang berharap dirinya dipertemukan dengan perempuan secantik dan seshalihah Aisyah. Tak sedikit pula perempuan yang bermimpi dapat bersanding dengan pria sesempurna Fahri.
Hal yang sama kurang lebih terjadi saat buku Habibie & Ainun karya Pak Habibie difilmkan. Pasangan kekasih mana yang tidak ingin cerita cintanya seindah cerita itu? Atau bagi yang belum berpasangan, siapa yang tak ingin memiliki pasangan dengan kesetiaan sampai mati seperti itu?
Ketika kita suka pada cerita cinta tertentu dan masuk terlalu dalam pada kisah itu, kita cenderung untuk membandingkannya dengan cerita cinta kita sendiri. Kita mulai berandai-andai, jika saja cerita kita seindah cerita itu. Andai saja kita dipertemukan dengan seseorang yang mirip dengan tokoh dalam cerita itu. Harapan-harapan pun bermekaran di sini. Cita-cita pun ditetapkan di sini. Kriteria-kriteria tertentu pun terilhami dari cerita itu.
Kita menjadi sangat menikmati setiap detil ceritanya, sampai  terkadang membiarkan diri kita terbawa arus romantisme yang kita tidak tahu akan bermuara di mana. Istilah galau barangkali muncul dengan frekuensi tinggi di sini. Membuat kita larut dalam pikiran kita sendiri yang telah termanipulasi oleh drama-drama romantis.
Kita lalu terlalu sibuk membanding-bandingkan cerita cinta kita dengan cerita cinta yang kita anggap ideal. Sampai kita menjadi lupa pada karakter utama cinta yang seharusnya membahagiakan. Alih-alih bahagia, kita justru terlampau sempit memaknai cinta karena ketidaksesuaian realita dengan idealisme yang akhirnya membuat kita dirundung nestapa.
Kita terlalu asyik berandai-andai tentang apa yang belum kita miliki. Kita lengah dan berpikir bahwa cinta hanya memiliki satu pintu. Dan karena kita tidak memiliki kunci pintu itu, kita merasa tidak akan pernah bisa meraih cinta.
Padahal cinta adalah ruang dengan berjuta pintu, yang mana setiap kita telah dianugerahi satu kunci untuk membuka salah satu pintu itu. Kita lupa bahwa tidak ada eksklusivisme dalam cinta. Semua boleh berpesta menikmati cinta. Semua boleh jatuh bangun menemukan cinta. Semua boleh tergila-gila karena cinta.
Kita berpikir bahwa cinta adalah semacam rumus pasti. Yang jika tidak ada x, maka tidak ada y. Padahal cinta adalah urusan yang tak lebih pasti dari kematian. Semuanya serba mungkin. Semuanya berpeluang. Karena kita tidak sepenuhnya mengetahui masa depan.
Tidak ada yang salah dengan cerita cinta. Bagaimana pun, cinta adalah inti kehidupan. Bagaimana pun, kehidupan manusia bermula dari cerita cinta dari dua insan mulia, Adam dan Hawa. Bagaimana pun, pembunuhan pertama yang dilakukan manusia pun bermula karena cerita cinta yang rumit  antara Habil, Qabil, dan Iklima. Cerita cinta akan ada selama hati manusia mengenalinya. 
Jumlah cerita cinta bermiliar-miliar banyaknya. Membaca dan menyaksikannya memang tak membuat bosan. Setiap cerita cinta memberi pesan berharga. Namun yang menjadi soal adalah, kadang kita masuk terlalu dalam pada cerita-cerita itu dan kita mulai membanding-bandingkan cerita kita dengan cerita tersebut.
Kebahagiaan tidak bisa hadir pada jiwa mereka yang selalu membanding-bandingkan hidupnya dengan hidup orang lain. Sebaliknya, kebahagiaan hadir tanpa diundang pada jiwa-jiwa yang senantiasa menerima hidup sebagai hadiah dan bersyukur atasnya.
Setiap cerita cinta memiliki tantangan yang berbeda. Jangan pernah bermimpi untuk menjadi orang lain. Biarkan semua orang berkisah tentang cintanya masing-masing.
Nikmati perjalanan cintamu dengan penuh kebahagiaan dan keyakinan. Tuliskan cerita cintamu sendiri, ciptakan kebahagiaanmu sendiri.
Jika ada cerita cinta yang membuatmu terpesona, pastikan cerita cintamu sendiri ada pada halaman pertamanya.
__________________________________
Termasuk ketika membaca cerita-cerita cinta dari teman-teman kita, pastikan jiwa kita tetap berada kukuh di tempatnya. Tidak terbawa arus, tidak menjadi lemah. 
Cinta adalah ruang dengan berjuta pintu. Setiap orang sangat mungkin memasukinya dari pintu yang berbeda-beda. Yang pasti, setiap orang telah dianugerahi kunci yang tepat untuk satu pintu. Karena semua orang berhak memiliki cerita cinta :)
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: